Karena pembatasan pandemi untuk menjangkau audiens yang lebih luas, barang bekas mendominasi secara global, khususnya online. Karena tidak ada kontak fisik antara pembeli dan penjual, banyak penjual beralih ke e-commerce. Konsumen sudah melihat belanja barang bekas sebagai barang berharga, yang menyebabkan permintaan meroket.
Menurut laporan thredUP, Pada tahun 2021, 244 juta konsumen mengatakan bahwa mereka telah atau terbuka untuk berbelanja produk bekas. Barang-barang vintage atau retro, yang sangat populer di kalangan pembeli saat ini tetapi sulit ditemukan di toko ritel tetapi sering ditemukan di toko barang bekas, adalah contoh bagaimana tren berubah dan berkembang. Generasi yang lebih muda berkontribusi dalam hal ini, karena mereka lebih tertarik dengan mode terkini. Ini bisa menjadi pilihan yang lebih terjangkau daripada membeli baju baru.
Konsumen meminimalkan daya beli mereka namun membeli lebih banyak pakaian bekas dibandingkan dengan pakaian baru. Fluktuasi ekonomi memicu konsumen untuk membeli barang yang lebih murah. Sepotong kain baru akan setara dengan empat atau lima potong kain bekas. Siapa lagi yang tidak yakin untuk membayar lebih sedikit? Selain itu, seiring popularitas pakaian bekas yang terus meningkat, hal itu juga semakin mudah diakses secara digital.
Menurut Thred UP GlobalData, Estimasi Ukuran dan Pertumbuhan Pasar 2022 “penjualan kembali online adalah sektor barang bekas yang tumbuh paling cepat dan diperkirakan akan tumbuh hampir 4X lipat pada tahun 2026”.